SASTRAwia SATRIAwas SARASwati_01

Memory “KEGUNDAHAN”010699


Perenunganku… mencoba meluluskan satu permintaan kata hatiku yang selama ini mengias-ngias bayang-bayang di gelap mataku untuk mengais setitik air di samudra api. Jika kuturuti, kusadar akan datangnya peringatan perampasan kemerdekaan seseorang yang memiliki dunianya sendiri, sebagai pengkhianatan terhadap keteguhan dan kesabaran. Kutekan rasa maluku untuk dapat mengungkapkan… sebuah kelemahan yang kutunjukkan seperti rengeken seorang bocah. Siapa sangka hatiku ini seperti sampan ditengah badai samudra tanpa ketetapan yang dibungkus perangai dan sikap tenangku. Kululuskan hatiku untuk mengukir kata pujian terhadap keindahan mutiara yang menyilaukan mataku. Apakah karena aku menuruti/membiarkan mataku yang lepas tali kekangnya, yang terhanyut untuk menikmati pancaran mutiara pentas dunia?
Sebenarnya aku tak tahu sama sekali tentang hal-hal yang tidak kualami.
Bayang-bayang sebuah sosok yang tak mampu kuusir, kukubur, kuhapus dari benakku yang serasa menipu.
Ya… ALLAH… kutelah melihat mutiara yang memiliki kekuatan mengguncang hatiku. Bayang-bayang yang telah mengosongkan jiwaku… Katakan itu tidak benar!!! Itu bayang semu belaka!!! Itu tidak ada!!!… untuk menenangkan separuh jiwa yang berusaha melepaskan diri. Sepertinya diriku terlalu kikir demi mempertahankan harga diri…namun…yang kupikirkan adalah sebuah penghormatan yang bersih dari keinginan hewani yang akan merendahkan harkat dan martabat insan.
Apakah ini tipuan yang terlalu nyata???
Ingin kuikuti jejak dan nasihat Nabiku meyakini firman TUHANku, namun aku terlalu lemah menjalani rintangan menuju samudra ketentraman HAQ dari kekuatanku dalam kesendirian. Ya Tuhan… ungkapkan suatu jalan yang menyadarkanku. Ku tak ingin memenjarakan perasaan seseorang karena kata-kataku…namun kubutuh sebuah pertolongan dari seseorang yang terlukis indah dalam bayang hitam mataku…untuk mengatakan TIDAK! atau mengungkapkan kebenaran menuju kesadaran. Apa yang kusembunyikan adalah kobaran api dalam sukmaku yang baru mengenal atau mungkin belum memahami CINTA manusia yang sejati. Cintaku pada TUHANku, Nabiku, orang-orang saleh yang mampu mewariskan tempat berpijakku masih kuat kupegang. Kegersangan dalam hatiku memberikan hikmah kesabaran dan kelembutan. Kadang aku meratapi kegundahan hati dalam menjalani makna ini.

Namun… TUHANku menyadarkan dengan tumpahan air RAHMAT dari langit dimalam puncak ratapan kegundahan. Serasa… jasadku menjiwai bumi… terasa besar kasih sayangMU.

Ya…Robbi…kemana aku KAU perjalankan???
Ungkapkanlah rahasiaMU dibalik kesadaran insaniku…!
Terasa…tapi tak terlihat.
Terlihat…tapi tak teraba.
Apakah ini tersembunyi atau kusembunyikan???
Jika itu tipuan mata…betapa hawa nafsuku masih besar menguasaiku.
Jika ini karuniaMU…apa yang pantas kuucapkan selain rasa syukur???
Ya…ALLAH…seperti ini kusesali…selama 27 tahun kumenginjak bumi…diriku bagai patung mati…apa yang kuperbuat di bumi sungguh tak berarti.
Perkenankanlah diriku meminta lindunganMU dan kekuatanMU dari perjalanan semua ini untuk mengungkapkan diriku pada sisi kehidupan yang ada di bumi.
Ya…ALLAH…mampukanlah diriku dalam mengais curahan RAHMATMU…!
Berikanlah jalan terbaik untuk melangkah ke depan…mengemban amanahMU…! Jika aku melangkah dalam dosa dan kehinaan…jangan kau panjangkan umurku…karena kutakut memikul siksaMU…!
Apalah yang kuhadapkan padaMU selain kotornya ruh..ku dan sedikit amal baikku.

Tak ada yang istimewa dalam diriku.
Jika dirimu merasa berhutang budi padaku…
cukuplah pertanyaan terakhirku untuk melunaskannya.
Jika dirimu merasa iba padaku…
cukuplah nasihat kauberikan pada kebodohan dan ketidaktahuanku.
Jika dirimu terhanyut kata-kataku…
hati-hatilah dengan adanya penipuan dari hati yang tidak tetap.
Ingatlah karunia TUHAN pada dirimu sangat besar untuk dapat menguasai dan mengendalikan dunia disekitarmu serta dimudahkan dirimu untuk mencapai yang kau inginkan. Ingatlah pula bahwa keinginan itu berjalan dalam kesementaraan dan akan datang keadilan dari apa yang telah kau lakukan. (untuk kereta bhumi santika suci hatiaku… kekasih harapan duniaku… akhiratku)


TERASA TAPI TAK TERLIHAT…
TERLIHAT TAPI TAK TERABA…
KUINGIN APA ADANYA.
TAK MEWAH NAMUN JUJUR
TAK INDAH NAMUN BERSIH
TAK ENAK NAMUN IKHLAS
TAK BANYAK NAMUN SYUKUR


JASADKU… MENJIWAI… BUMI
TERASA BESAR KASIH SAYANG ILLAHI
MANAKALA TITIK-TITIK AIR RAHMAT
MEMBASAHI… KERING… SUKMAKU
(disuatu malam menjelang subuh, aku menangis manakala hujan turun,
seakan aku dimanjakan TUHAN atas apa yang menjadi beban hatiku pada seseorang)
280699

~ oleh ndombleh pada 19 Desember 2020.

Tinggalkan komentar